MEDITASI
Meditasi berarti memusatkan pikiran pada
suatu objek. Banyak objek yang bisa dijadikan objek meditasi. Objek meditasi
yang kita bicarakan adalah cahaya. Jadi,
ketika meditasi kita berusaha memusatkan pikiran pada cahaya yang berasal dari
batin. Guru akan membuka mata kebijaksanaan kita sehingga dapat melihat cahaya
batin tersebut dan mengajarkan bagaimana caranya bermeditasi. Mungkin awalnya
kita akan susah untuk konsentrasi karena pikiran kita terus mengembara
kemana-mana namun seiring waktu dan tekad yang kuat untuk berlatih rohani, maka
cepat atau lambat kita akan bisa bermeditasi dengan baik. Hasil dari meditasi
cahaya ini dapat kita rasakan baik dalam kehidupan jasmani dan rohani. Dimana
kehidupan kita semakin baik seperti kegelisahan, kekhawatiran, dan kebencian
berkurang, dan cara pandang kita berubah ke arah yang lebih positif serta dapat
memahami hukum-hukum kesunyataan lebih jelas.
Lahir
sebagai manusia adalah berkah yang amat mulia, karena dengan lahir sebagai
manusia kita dapat berlatih rohani agar tidak lahir di alam-alam sengsara (binatang,
neraka, setan) dan menyeberangi lautan kelahiran dan kematian (samsara). Dari
84.000 pintu, pintu manusia yang terakhir, jadi kita tidak boleh mensia-siakan
kehidupan manusia lagi. Dengan melakukan meditasi secara rutin dan berusaha
menjalankan sila maka kita telah menciptakan karma baik yang berlimpah sehingga
dapat lahir di alam bahagia. Meditasi juga akan menimbulkan kebijaksanaan
sehingga dengan kebijaksanaan ini kita dapat membedakan mana yang benar dan
salah.
Dalam
Dhammapada dikatakan:
“Dari
meditasi timbullah kebijaksanaan, karena tak bermeditasi hilanglah
kebijaksanaan. Dengan mengetahui jalan yang maju dan mundur ini, seseorang
sepatutnya menempatkan dirinya sedemikian rupa sehingga kebijaksanaannya
bertambah” (Dhammapada BAB XX: 282)
Setelah
mengetahui sedikit banyak arti meditasi dan manfaat meditasi seyogianya kita
sebagai manusia harus berusaha setahap demi setahap melakukan latihan rohani,
agar hidup kita baik didunia maupun setelah kita meninggal akan berada didalam
cahaya terang dan dilindungi oleh para Buddha dan Bodhisattva.
CAHAYA
Cahaya
begitu penting bagi kehidupan manusia. Jika dibumi ini tidak ada cahaya
matahari maka bumi ini tidak ada kehidupan lagi. Di malam hari kita memerlukan lampu listrik
untuk menerangi rumah kita. Cahaya amat dibutuhkan baik pagi, siang dan malam
hari. Bagaimanakah didalam batin kita? Buddha Sakyamuni mengatakan semua
makhluk didalam triloka diliputi kegelapan batin (avijja). Batin kita gelap
maka kita memerlukan cahaya untuk meneranginya.
Cahaya
peneranganlah yang dapat menyinari batin kita. Penerangan berasal dari kata “terang”
yang berarti cahaya. Bodhidharma
salah satu master zen mengatakan, ”Jika kita bermeditasi melihat cahaya terang
seperti terangnya matahari berarti kita telah mencapai penerangan, pengalaman
ini cukup kita saja yg tahu”. Didalam Sutra Maha Kesadaran yang
Sempurna, Buddha Sakyamuni mengatakan:
”Pada dasarnya jati diri ini suci bersih, terang
benderang, tenang, tanpa reaksi, tidak lahir dan tidak musnah. Ia adalah sari
pribadi Buddha (Hakikat Buddha)”.
Penerangan sebenarnya kita mengalami cahaya
jati diri kita sendiri yang terang benderang seperti ribuan cahaya matahari
yang berada di sepuluh penjuru. Cahaya ini adalah cahaya abadi yang bersemayam
dalam tubuh semua makhluk. Buddha Sakyamuni menyebutnya sebagai Hakikat Kebuddhaan. Jadi
ketika meditasi cahaya kita memusatkan pikiran pada Cahaya Kebuddhaan yang
bersemayam dalam tubuh kita. Cahaya ini bukan diluar melainkan adalah cahaya yang
berasal dari batin.
Dalam Udana VIII:3 Buddha Sakyamuni
mengatakan:
“Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan, yang
tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila
tidak ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang
mutlak maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan,
pembentukan dan pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu karena ada
yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak,
maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, dan
pemunculan dari sebab lalu”.
Ada yang sejati yang dapat membebaskan kita
dari kelahiran dan kematian yaitu Cahaya Kebuddhaan yang terang benderang yang
berada di 10 penjuru. Cahaya sejati ini akan mengusir kegelapan batin dalam
diri kita yang sudah begitu gelap karena kebodohan, keserakahan, dan kebencian
yang telah berakar selama ribuan bahkan milyaran kehidupan. Buddha Sakyamuni
juga mengatakan, ”Semua mahkluk memiliki Sifat Kebuddhaan dan bisa menjadi Buddha”.
Murid-murid Buddha Sakyamuni telah mengalami Cahaya Sejati waktu mereka
bermeditasi yang luasnya di sepuluh penjuru yang terang benderang ketika mereka
mengalami penerangan.
Inilah
beberapa pengalaman penerangan murid-murid Buddha Sakyamuni didalam Surangama Sutra:
1. Subhuti
(arahat) memasuki cahaya mulia Thatagatha yang luasnya bagaikan lautan dan jagad
raya.
2. Sariputra
(arahat) mencapai persepsi pengelihatan yang terang dan sempurna.
3. Sundarananda
(arahat) tubuh dan pikirannya menjadi terang, setiap tarikan nafasnya
berubah menjadi cahaya yang menerangi 10 penjuru.
4. Mahamaudgalyayana
(arahat) duduk didalam keheningan memungkinkan cahaya dari pikiran
muncul.
5. Bodhisattva
cahaya kristal, tubuh dan pikiranku memancarkan cahaya yang menerangi
segala dunia tanpa rintangan.
6. Bodhisattva
Akasagarbha, pikiranku berubah bagaikan cermin yang memancarkan cahaya mulia misterius yang menembus 10
penjuru.
7. Bodhisattva
Maitreya, bila pikiran sadar menjadi terang dan murni, seseorang
menyadari realitas utuh.
“Dia
yang hidup seratus tahun yang tak memahami keadaan tanpa kematian maka hidup
satu hari terlebih baik bila ia memahami yang tanpa kematian” (Dhammapada Bab
VIII : 114)
MANFAAT MEDITASI
Manfaat
meditasi cahaya antara lain:
1. Membuat
hati lebih tenang dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menimbulkan
kekuatan dan kebijaksanaan dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan.
3. Mengikis
karma-karma buruk.
4. Dapat
lahir di alam bahagia.
5. Mengikis
kotoran batin (kebencian, keserakahan, kebodohan).
6. Menemukan
jati diri.
7. Dan
lain-lain.
“Bangunlah, sadarkan dirimu,
janganlah lengah. Ikutilah hukum kebajikan. Dia yang mempraktekkan kebajikan,
hidup dengan bahagia baik di dunia ini maupun kelak di alam lain. (Dhammapada Bab XIII : 168)
GURU MEDITASI
Guru meditasi adalah seseorang yang dapat membimbing muridnya didalam
latihan meditasi. Seorang guru meditasi harus bisa menjaga muridnya baik jauh
maupun dekat, bahkan di alam-alam rohani. Guru meditasi setidaknya harus
memiliki 3 badan yaitu:
1.
Tubuh jelmaan: Tubuh jelmaan diciptakan
untuk menjaga muridnya baik jauh dan dekat sehingga muridnya dapat dilindungi
dari bahaya dalam berlatih rohani seperti jebakan iblis. Tubuh jelmaan wujudnya
sangat indah dan menabjubkan. Tubuh jelmaan ini juga diciptakan untuk mengajar
di alam-alam rohani yang tidak terlihat oleh mata biasa.
2.
Tubuh cahaya: Tubuh cahaya merupakan
hakikat sejati dari Sang Guru. Cahaya ini ada dimana-mana. Cahaya ini hanya
dapat dilihat oleh orang-orang yang mata kebijaksanaannya telah terbuka.
3.
Tubuh jasmani: Tubuh jasmani digunakan
untuk mengajar manusia. Mengajar manusia harus memakai badan manusia inilah
hukum alam.
Meditasi merupakan perjalanan rohani, jadi seorang Guru harus bisa
menjaga muridnya baik jauh dan dekat karena di alam rohani banyak rintangan
yang menghadang. Di setiap alam dikuasai oleh mahkluk-mahkluk yang mempunyai
kekuatan gaib yang dapat menipu kita, bahkan mereka bisa menyamar menjadi orang
suci untuk mengelabui kita.
Para suci India selalu mengatakan:
"Carilah seorang Satguru untuk perjalanan
rohani, tanpa Satguru jalan rohani penuh resiko dan bahaya. Meskipun ada
ratusan bulan, meskipun ada ribuan matahari yang memancarkan cahayanya, tanpa
Satguru semuanya gelap gulita. Bila Sabda tidak ada, kegelapan merajalela. Kita
tidak akan memperoleh apa-apa dan senantiasa datang dan pergi. Satguru memiliki
kuncinya, tak ada seorang pun yang dapat membuka pintunya. Bila seseorang
bernasib baik, ia akan bertemu dengan
Satguru".
Dalam
Sutra Vimalakirti dikatakan, Bodhisatva Jagatimdhara pernah ditipu oleh iblis
yang menjadi dewa sakra yang ingin memberikan 12.000 peri untuk melayani Bodhisatva
Jagatimdhara. Namun Bodhisatva Vimalakirti muncul dengan seketika dan
mengatakan kepada Bodhisatva Jagatimdhara bahwa itu bukan dewa sakra melainkan
iblis yang mengganggunya. Iblis ketakutan karena penyamarannya terbongkar dan
mencoba melarikan diri.
Berlatih
rohani seorang diri amat berbahaya, seperti berjalan diatas jurang setiap
langkah dapat membunuh kita. Buddha Sakyamuni pun telah banyak menjadi murid
guru rohani sebelum Ia mencapai tingkat Buddha. Jika kita ingin pandai
berbahasa inggris maka kita harus mencari guru bahasa inggris yang pintar,
demikian pula bagi seseorang yang ingin mencapai penerangan harus mencari
seorang guru penerang yang dapat membantunya mengalami cahaya penerangan. Dikatakan
dalam Sutra Maha Kesadaran yang Sempurna Buddha Sakyamuni bersabda:
“O
putra berbudi! Ketahuilah, apabila para umat yang berada dimasa perode dharma
terakhir bertekad membangkitkan bodhicittanya atau mencurahkan perasaan maha
welas asihnya kepada umat yang sengsara, maka mereka harus berguru kepada
tokoh-tokoh bijak yang benar memiliki pandangan benar dan pengertian benar”.
Guru
yang baik akan membimbing kita sampai tujuan dan mengarahkan pikiran keliru ke arah
pikiran benar. Seperti pergi ke suatu tempat yang belum pernah kita kunjungi,
maka setidaknya kita memiliki peta dan lebih baik lagi kita memiliki pemandu
agar kita tak tersesat dan bertanya kepada pemandu hal yang tidak kita mengerti.
Inilah salah satu faktor mengapa Buddha Sakyamuni juga menyarankan kepada manusia
pada periode dharma terakhir untuk menemukan seorang Guru yang bijaksana.
“Andaikata
seseorang melihat seorang bijaksana yang mendekati dirinya yang menunjukkan apa
yang seharusnya dihindari, hendaknya ia mengikuti orang bijak semacam itu
sebagaimana ia mengikuti orang yang mau menunjukkan harta kekayaan yang
terpendam. Adalah baik dan tidaklah tercela mengikuti jejak orang bijak”.
(Dhammapada Bab VI : 76)
WAKTU,
TEMPAT, DAN SIKAP MEDITASI
Setiap
waktu adalah baik jika kita dapat fokus dan bermeditasi. Masalahnya sebagian
dari kita harus mencari nafkah untuk kehidupan dan keluarga kita, sehingga
harus dapat melihat situasi dan kondisi yang cocok. Pagi hari adalah waktu yang
terbaik untuk meditasi karena tubuh dan pikiran telah istirahat selama tidur
malam. Waktu pagi hari yang baik sekitar pukul 03.00-06.00 pagi. Siang hari
pukul 12.00-14.00 siang dan malam hari pukul 19.30-21.30 malam. Jika kita sibuk
setelah bekerja seharian kita dapat melaksanakan meditasi siang jika ada waktu
dan malam setelah bekerja. Selama 24 jam kita menyisihkan waktu lebih kurang
setengah jam untuk bermeditasi. Setidaknya kita mengumpulkan harta rohani yang
kelak kita gunakan setelah kita meninggal nanti.
Tempat
meditasi sesuai dengan keserasian orang yang melakukan meditasi. Ada meditator
yang suka bermeditasi di kamar, ruang tamu, ruang kosong, vihara, dan sebagainya.
Selama meditasi, siswa akan dijaga jelmaan Guru yang tidak terlihat oleh mata
biasa tapi jika mata dewa siswa telah terbuka ia akan dapat melihat jelmaan
Guru duduk didekatnya waktu bermeditasi sehingga ia merasa aman. Inilah salah
satu kegunaan guru jelmaan yang bisa menjaga siswanya baik jauh maupun dekat,
jadi siswa merasa aman dan terhindar dari gangguan-gangguan yang tidak
terlihat.
Sikap
meditasi yang baik adalah dapat duduk bersila dan tubuh tegak. Pikiran rileks
dan lupakan semua masalah duniawi sehingga kita mudah memasuki Samadhi.
Kebahagiaan yang didapat dari meditasi melebihi harta duniawi jadi jangan heran
kenapa banyak raja-raja, pangeran-pangeran dan lainnya melepaskan harta duniawi
untuk mencari harta rohani yang belum pernah mereka dapat sebelumnya. Harta
rohani tidak menimbulkan kegelisahan dan kekhawatiran seperti harta duniawi
yang tidak kekal namun menimbulkan kesukacitaan dan kebahagiaan yang luar
biasa.
“Mereka
yang bertekad menguasai pikirannya yang jauh mengembara, tunggal, tak berbentuk
yang terletak dilubuk hati niscaya akan terbebas dari belenggu- belenggu mara”.
(Dhammapada Bab III : 37 )
MATA
KEBIJAKSANAAN
Di
India, jika murid seorang guru telah mencapai penerangan maka gurunya
menitikkan tanda merah ditengah dahinya sebagai tanda jika murid tersebut telah
mencapai penerangan. Jika kita melihat gambar Buddha dan Bodhisatva, ada titik
merah ditengah dahi mereka sebagai tanda bahwa mereka telah mencapai
penerangan.
Buddha
Sakyamuni menyebutnya sebagai mata dharma atau mata kebijaksanaan. Jika mata kebijaksanaan kita terbuka, maka
kita dapat melihat cahaya sejati dari Buddha. Sewaktu Buddha Sakyamuni
membabarkan Anattalakkhana Sutta, Kondanna memperoleh mata dharma sehingga ia
dapat mengerti tentang khotbah tersebut dan akhirnya mencapai kesucian. Didalam perjalanan Buddha Sakyamuni
membabarkan kebenaran, banyak orang yang mata dharmanya terbuka dan mencapai
kesucian setelah mendengarkan khotbahnya.
Jika
mata kebijaksanaan kita terbuka maka dengan demikian kita akan lebih bijaksana.
Dalam Sutra Amitayur Dhyana Sutra, Buddha Sakyamuni menyinggung tentang mata
kebijaksanaan. Buddha Sakyamuni mengatakan:
“Mereka
yang bermeditasi pada Buddha Amitayus hendaknya memulai dengan satu ciri atau
tanda tunggal, pertama mereka hendaknya pada lingkaran pada rambut putih yang
terletak diantara kedua alisnNya. Setelah melakukan ini 84 ciri dan tanda alami
akan segera muncul didepan mata mereka. Mereka akan melihat Buddha Amitayus dan
semua Buddha yang tidak terhitung di sepuluh penjuru”.
Amitabha
artinya cahaya tanpa batas, Amitayus artinya waktu yang tak terhingga. Hal ini mengingatkan kepada kita tentang jati
diri kita yaitu cahaya yang terang benderang, tidak lahir dan tidak mati, jika
ingin melihat cahayanya kita harus membuka mata kebijaksanaan kita.
Mata
kebijaksanaan atau disebut juga mata dharma berbeda dengan mata dewa. Jika mata
kebijaksanaan kita terbuka maka kita bisa melihat cahaya Buddha atau tubuh
Dharmanya yang begitu terang. Mata kebijaksanaan membawa kita kejalan
penerangan. Hanya seorang guru sejati
saja yang dapat membuka mata kebijaksanaan ini, karena ia mempunyai kuncinya.
Waktu
bermeditasi cahaya, murid harus memusatkan pikirannya di mata kebijaksanaan
yang berada di tengah-tengah dahi. Pada awalnya murid akan melihat percikan
cahaya yang kemudian menjadi cahaya warna-warni. Cahaya warna-warni ini pun
semakin terang benderang, lama-kelamaan cahaya yang terang benderang ini
berubah menjadi wujud Buddha, Bodhisattva, mahkluk-mahkluk suci, para dewa, alam
Buddha-Bodhisattva, dan sebagainya.
Dikatakan
dalam Amitayur-dhyana Sutra, jika kita dapat melihat Buddha Bodhisattva seperti
Buddha Amitabha, Bodhisattva Avalokitesvara, dan sebagainya dalam meditasi,
maka dapat membebaskan kita dari karma-karma buruk selama banyak kalpa dan terlahir
di alam bahagia.
ABHINNA
Abhinna
adalah kekuatan batin luar biasa yang didapat dari meditasi. Setelah murid
berlatih dalam beberapa waktu maka kemungkinan kekuatan batin dalam dirinya
bisa muncul. Kekuatan batin itu seperti dapat membaca pikiran orang lain, melihat
benda yang jauh atau tidak kasat mata (mata dewa), mendengar suara-suara yang
jauh (telinga dewa), melihat masa depan dan masa lalu, meramal, melihat karma
seseorang, dll.
Kekuatan
batin ini bisa aktif karena kita bermeditasi dengan tekun, namun guru melarang
keras kepada murid untuk memamerkannya didepan umum karena hal itu bisa
menjauhkan siswa dari Dharma. Kita berlatih rohani untuk mengikis kotoran batin
seperti kebencian, kebodohan, keserakahan, dan mengakhiri roda kelahiran dan
kematian yang akhirnya membawa kita ke Nibbana (kebahagiaan tertinggi). Buddha Sakyamuni pun tidak suka
murid-muridnya mempertontonkan kekuatan gaib kecuali bila terpaksa.
Suatu
saat ketika Sang Buddha tinggal di Nalanda di Hutan Pavarika, seorang umat yang bernama Kevaddha datang kepada Beliau, memberi
hormat dan berkata, “Yang Mulia, Nalanda adalah sebuah kota yang berhasil, masyarakat
yang tinggal di Nalanda hidupnya makmur, dan mereka mempunyai
keyakinan terhadap Sang Bhagava. Yang Mulia, akan lebih baik jika Sang Bhagava
menunjuk seorang bhikkhu untuk memperagakan
satu keajaiban dari kekuatan supernormal, sehingga orang-orang Nalanda akan
menjadi lebih yakin kepada Sang Bhagava”. Sang Buddha menjawab, “Kevaddha,
Tathagata tidak mengajarkan Doktrin kepada para bhikkhu dalam cara itu”. Sang Buddha memberikan jawaban yang sama
ketika pertanyaan yang sama diajukan kepada Beliau untuk kedua dan ketiga
kalinya. Setelah ketiga kalinya, Sang Buddha menjawab bahwa ada tiga macam keajaiban
supernormal:
1. Keajaiban
dari kekuatan supernormal untuk tampak menjadi
banyak menembus
dinding, terbang di udara, menyelam ke dalam tanah, berjalan di atas air. Semua
itu
adalah perbuatan jasmani yang tidak dapat dilakukan oleh orang biasa.
2. Kekuatan
supernormal untuk membaca pikiran orang lain.
3. Kekuatan
supernormal untuk mampu membimbing orang-orang sesuai dengan
tingkat batin mereka, demi kebaikan mereka sendiri, dengan menggunakan
cara-cara yang cocok untuk memperbaiki orang-orang tersebut.
Dua
kekuatan supernormal yang pertama tersebut jika dipertunjukkan untuk
mempengaruhi orang-orang demi kepentingan mereka sendiri, itu tidak berbeda
dengan pertunjukkan seorang pesulap. Seorang bhikkhu yang mempraktekkan keajaiban
duniawi semacam itu adalah sumber dari hal yang memalukan. Perbuatan-perbuatan
tersebut mungkin dapat mempengaruhi dan memenangkan pengikut, tetapi hal-hal
tersebut tidak membawa penerangan untuk membantu mereka menuju akhir dukkha.
Jenis ketiga dari kekuatan
supernormal, meskipun ia bisa disebut suatu ‘keajaiban’, tetapi ia dapat
menolong orang-orang untuk bebas dari penderitaan. Inilah satu-satunya kekuatan
supernormal yang pantas dipraktekkan.
Satu-satunya
keajaiban yang harus dipertunjukkan adalah sebagai berikut: Bila engkau melihat
seseorang yang penuh dengan nafsu, keinginan, dan keserakahan maka ajarlah dia
untuk bebas dari nafsu, keinginan, dan keserakahan. Bila engkau melihat
seseorang yang diperbudak oleh kebencian dan kemarahan, maka pakailah
kekuatanmu untuk menolong dia mengendalikan kebencian dan kemarahannya. Bila
engkau bertemu dengan orang yang bodoh dan tidak dapat melihat kealamiahan yang
sebenarnya dari dunia (segala sesuatu di dunia adalah tidak kekal,
mengecewakan, dan bukan milik kita), maka gunakanlah kekuatanmu untuk menolong
dia mengatasi kebodohannya. Ini adalah ‘keajaiban’ berharga yang dapat engkau pertunjukkan.
Nasihat
kepada Kevaddha ini diperluas pula sampai kepada peraturan Vinaya yang melarang
para bhikkhu untuk mempertunjukkan kekuatan-kekuatan gaib untuk mempengaruhi
orang-orang dan memperoleh pengikut, tanpa membantu mereka mencapai pencerahan.
Hal ini jelas pada kasus Pindola Bharadvaja. Arahat Pindola Bharadvaja
yang terkenal dengan kekuatan-kekuatan batinnya. Seorang kaya yang ingin agar
bhikkhu ini membuktikan kekuatan batinnya, menaruh sebuah mangkuk indah diatas
sebuah tempat yang tinggi dan menantang orang-orang suci untuk dapat menurunkan
mangkuk itu. Jika ia dapat melakukannya, ia dapat memiliki mangkuk itu.
Pindola
Bharadvaja melayang naik dan membawa turun mangkuk tersebut dengan mudah. Ini
juga dilakukan untuk membuktikan kepada orang kaya tersebut bahwa terdapat
orang-orang suci di dunia ini, sebuah fakta yang tidak dipercaya oleh orang
kaya itu. Ketika Sang Buddha mengetahui kejadian ini, Beliau memanggil Pindola
Bharadvaja untuk membawa mangkuk tersebut. Beliau menghancurkan mangkuk itu
berkeping-keping di depan kumpulan para bhikkhu, dan berkata, “Tathagata tidak
senang pada demonstrasi kekuatan gaibmu. Kamu tidak pernah boleh memamerkan kekuatanmu
semata-mata untuk memukau orang-orang bodoh”.
Kita
berlatih rohani harus dapat membedakan hal yang baik dan buruk, hal yang
membuat rohani maju atau sebaliknya. Sehingga dengan demikian manfaat dari
latihan rohani akan kita dapat didalam kehidupan ini. Semakin kebencian, kegelisahan, kekhawatiran dan keserakahan berkurang dalam
batin kita yang akhirnya membuat batin tenang ,
setidaknya sedikit banyak kita mendapatkan manfaat latihan rohani kita.
SYARAT-SYARAT MEDITASI
Syarat-syarat
untuk meditasi, antara lain:
1.
Berusaha vegetarian
minimal 3x seminggu, jika lebih banyak makin baik. Vegetarian berarti kita
harus makan sayuran atau menghindari mengkomsumsi hasil pembunuhan. Dengan bervegetarian tubuh akan lebih sehat
dan baik bagi latihan rohani. Dilihat dari anatomi atau susunan struktur tubuh
manusia, manusia memiliki struktur anatomi yang sama dengan hewan pemakan
tumbuhan. Hal dapat kita lihat sbb:
-
Mahkluk pemakan daging
memiliki gigi yang runcing tajam dan kuat sedangkan mahkluk pemakan tumbuhan
memiliki gigi yang rata dan kelihatan baik.
-
Mahkluk pemakan daging
susunan ususnya pendek sedangkan mahkluk pemakan tumbuhan ususnya panjang.
Manusia memiliki usus yang panjang.
-
Mahkluk pemakan daging
lidahnya menjulur panjang keluar sedangkan manusia lidahnya pendek.
-
Mahkluk pemakan daging
minum air dengan cara menjilat sedangkan manusia dengan cara menghisap.
Dilihat dari anatomi tubuh manusia
memang seharusnya makan sayuran. Manusia memiliki kesadaran yang tinggi
dari binatang dengan kebijaksanaanya mereka dapat melihat dan belajar mengamati
alam sehingga akan timbul pandangan hidup yang benar.
Dalam Lankanvantara Sutra,
Buddha Sakyamuni mengatakan:”
“Semua mahkluk pada mulanya
berasal dari sumber yang sama dan telah mengelilingi pengulangan lingkaran
kelahiran dan kematian yang saling berhubungan dan telah menjadi enam saudara
dekat satu sama lainnya (ayah, ibu, anak, kakak, adik laki-laki dan perempuan),
oleh karena itu karena kita mencintai saudara kita, kita tidak boleh makan
daging”.
Kita harus mengerti
tentang hukum karma dan tumimbal lahir sehingga dengan demikian kita bisa
vegetarian tanpa paksaan tapi vegetarian dengan pandangan yang benar, sehingga
menimbulkan kebahagiaan didalam diri kita. Vegetarian merupakan sila para
Bodhisattva. Bodhisattva Maitreya pernah lahir sebagai pertapa yg berpantang
makan daging. Dewi Kwan Yin waktu lahir sudah tidak mau makan daging. Jadi kita
harus mengikuti jalan mereka. Pada awalnya mungkin tak terbiasa namun lama-kelamaan
kita akan terbiasa dengan memakan sayuran setiap hari.
2.
Berusaha menjalankan lima
sila, lima sila yaitu:
a.
Berusaha menghindari
pembunuhan
b.
Berusaha menghindari
kata-kata yang tidak benar seperti
berdusta, dsb.
c.
Berusaha menghindari
pencurian
d.
Berusaha menghindari
perbuatan asusila
e.
Berusaha menghindari
mengkomsumsi makan dan minuman yang melemahkan kesadaran.
3.
Sebaiknya hanya meditasi
setengah jam saja setiap hari sesuai intruksi guru, karena meditasi cahaya ini
hanya meditasi kemudahan saja. Jika siswa ingin bermeditasi berjam-jam dan
serius berlatih rohani maka guru akan mengajarkan metode yang lebih tinggi,
yaitu Metode Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara seperti yang
tercantum dalam Surangama Sutra.
4.
Sebaiknya jangan menceritakan
pengalaman batin kepada orang lain atau sesama murid karena bisa menimbullkan
banyak rintangan batin seperti kesombongan, irihati, dsb. Pengalaman hanya
boleh diceritakan kepada Guru.
5.
Selalu intropeksi diri,
menjaga pikiran, ucapan dan perbuatan sehingga latihan rohani bisa berhasil.
Berlatih rohani jangan selalu melihat kebaikkan dan keburukkan orang lain tapi
melihat kekeliruan pikiran sendiri seperti kata Guru Huineng (Guru Zen) kepada
muridnya .